Jumat, 11 Januari 2013

Mahkota Ratu Tak Lagi Emas


Oleh Prabowo Putro Awaludin

Tampak gemerlap dalam semua langkahnya
Menuju lantai dua yaitu istananya
Dengan anak tangga naik turun dilaluinya
Sebagai besi pencambuk bagi kaum hamba sesampainya
Oh….namun tak seperti bait yang tadi
Bukan besi pecambuk yang dia miliki
Sehelai dolar yang hamba terima
Membuat kotak suara terhenti
Bahkan...pakaian kerja hamba ditukarnya dengan karung mati
Sebentar….
Bentar….
Sejenak…
Wahai kau bait puisi…apa kata buat hamba???
Upz…jangan kau sampaikan sekarang,sang ratu datang
Langsung dia menuju brangkas kotak apel cinanya
Memilah mana yg merah pekat sebagai penutup besi cambuknya
Tak heran, dia gunakan mahkotanya di mata kaki
Yang nampak kebesaran tu
Sebagai hamba, aku melihatnya
Tak disangka kepalan tak terlihat menekak telingaku
Mulailah dan serentak skenario dimainkan
Dengan mengambil sisi atas sebuah sepatu dan mahkotanya
Apalah dikata sisi bawah sepatu tertutup mahkota itu
Inginku belikan sang ratu sepatu tanpa alas
Agar terlihat gemerlap mahkota itu
Tapi apa daya mahkota terlebih dulu tak menjadi emas lagi
Maafkan aku sang ratu….
Mahkotamu hanya tinggal bait ini..
Tapi sayang bait ini ada di penghujung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar