Oleh Prabowo Putro Awaludin*
Baru-baru ini kita mulai dipanaskan kembali
dengan budaya tawuran di antara para pelajar, baik yang masih duduk di bangku
Sekolah maupun mereka yang sudah menyandang status mahasiswa. Tawuran yang
terjadi di kalangan mereka dinilai tidak manusiawi yang hanya main tangan
tetapi mereka juga menggunakan senjata tajam untuk saling melukai bahkan hingga
terjadi korban jiwa. Melempar batu dan parang contoh senjata yang selalu
mereka gunakan bahkan mereka juga
menggunakan bom molotop guna melumpuhkan lawan mereka dengan cepat. Mengapa
kita harus saling melukai dan menyakiti, jika semua permasalahan dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah?
Tawuran, bagi sebagian remaja tak lagi dipandang sebagai
hal yang berbahaya. Bahkan tak sedikit mereka yang mengatakan bahwa tawuran
adalah salah satu tradisi atau budaya pelajar jaman sekarang. Pemahaman
mengenai arti tawuran yang demikian justru akan menimbulkan banyak dampak
negatif, tidak hanya dapak bagi diri sendiri, akan tetapi orang lain, keluarga,
teman maupun guru juga akan merasakan dampak tersebut. Fasilitas umum seperti
pasar, terminal, kaca pertokoan menjadi rusak akibat dari tawuran itu sendiri
yang mungkin hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele.
Perkelahian yang melibatkan
pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja. Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian,
dapat digolongkan ke dalam 2 jenis kenakalan yaitu situasional dan sistematik.
Pada kenakalan situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada kenakalan
sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu
yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka
bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya
Tawuran yang belum ada
henti-hentinya selalu menjadi bahan perbincangan setiap tahunnya di Negara kita
membuat kita harus lebih peduli dengan para remaja. Tawuran yang kini menjadi
ajang kekerasan sudah menjulur menjadi sebuah kasus kriminal. Perhatian dari
orang tua, guru, dan masyarakat sekita sangat diperlukan oleh anak remaja yang
dimana emosi mereka masih labil dan belum bisa terkontrol, terlebih mereka yang
berada di usia remaja dimana mereka sedang mencari jati diri mereka
masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa tidak seharusnya kita menganggap bahwa
tawuran sebagai permasalah yang ringan, banyak kisah tawuran antar pelajar yang
justru menimbulkan permasalahan yang besar dan panjang hingga merenggut nyawa
teman atau saudara kita sendiri. Mengapa kita tega melakukan hal yang demikian?
Pentingnya Peran Agama Bagi
Pendidikan Remaja
Setiap agama yang kita yakini
tentunya didasari oleh kebenaran dan kebaikan baik terhadap Sang Khalik maupun
terhadap sesama manusia. Agama adalah pedoman hidup yang menjadi tuntunan dan
penyelamat kita selama di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu
nilai-nilai agama sangat penting kita tanamkan kepada jiwa anak-anak di usia
dini, supaya kelak nantinya mereka akan menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, amanah
dan dapat dipercaya serta didasarkan oleh tuntunan agama.
Banyaknya perilaku yang tidak
terpuji di Negara kita dikarenakan faktor utamanya adalah mereka yang belum
mengkaji dan mempelajari secara dalam dan benar ajaran agama mereka. Kurangya
pengetahuan tentang pendidikan agama yang seharusnya didapatkan oleh para
remaja sejak dini akan menimbukan pemahaman yang salah dalam menyikapi kasus
sosial yang ada di lingkungan sekitar mereka. Pembentukan karakter terhadap perilaku
anak yang tumbuh menjadi remaja akan lebih mulia bila didasarkan dengan pendidikan
agama yang lebih matang.
Pendidikan agama tidak lain adalah
sesuatu yang menjadi benteng dan petunjuk bagi seseorang ketika kita sedang
dihadapkan dengan kasus sosial dan bagaimana supaya kita bisa berinteraksi
dengan sosial dan Sang Khalik. Ketika para remaja sudah merasa bahwa Tuhan
selalu mengamati dan mengawasi mereka, kapan dan di manapun, pasti mereka
selalu mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lembut terhapap
siapapun tanpa adanya kekerasan.
Tawuran yang didasari oleh ego dan
perilaku tidak terpuji juga salah satu perilaku yang tidak baik yang
ditimbulkan karena mereka (para pelaku) yang kurang akan pendidikan agama. Mereka
menganggap bahwa mereka yang paling kuat dan hebat hingga mereka tidak
segan-segan untuk saling melukai teman mereka sendiri. Pemikiran yang cerdas
tidak menjamin akan mereka bisa berperilaku mulia. Apalagi mereka anak muda
yang masih mencari jati diri, mengambil keputusan tanpa berpikir ulang bila
tidak dikenalkan dengan pendidikan agama, tentunya mereka akan menjadi brutal
dan cenderung dalam hal yang berbau kekerasan termasuk tawuran.
Selain mengajarkan pendidikan
agama terhadap keseharian anak, banyak hal yang harus dilakukan untuk
menanggulangi terjadinya tawuran seperti menciptakan rasa saling menghargai, menjaga keamanan dan kenyamanan terhadap
sesama, melakukan pembinaan khusus di sekolahan misalnya mengenai kegiatan bela
negara bersama TNI. Dalam Pendidikan agama
juga diajarkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap sesama, supaya kita
tidak menyinggung perasaan orang lain, menghargai pendapat sesama dan hubungan
keluarga yang selalu memperlihatkan hubungan harmonis terhadap keseharian anak.
Sekolah Vs Sekolah
Belajar tidak lain adalah tugas
utama seorang pelajar, dengan belajar mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan
yang kelaka berguna bagi dirinya sendiri mupun orang lain. Seorang pelajar
dididik dalam forum pendidikan (Sekolahan/Universitas) supaya mereka menjadi
pendidik yang berdasarkan nalar dan pikiran yang jernih dalam menyikapi
permasalahan sosial. Tugas lembaga pendidikan yang harus mengarahkan dan
mendidik juga harus diimbangi dengan perilaku yang terpuji yang mencerminkan
perilaku yang dapat ditiru oleh anak didiknya.
Pendidikan salah satu komponen
yang juga berperan penting kepada anak-anak usia muda dalam pembentukan
karakter mereka. Oleh karena itu pendidikan harus dijadikan ajang untuk
berlomba-lomba saling mengejar prestasi bukan ajang untuk beradu kepala dengan
kekerasan. Perilaku tawuran biasanya juga cenderung karena dipengaruhi oleh
kondisi dan lingkungan sekolah itu sendiri yang kurang memberikan tindakan yang
preventif terhadap perilaku kriminalitas kepada peserta didiknya. Dalam hal ini
seorang guru sangat berperan penting dalam proses pengajaran dan pengawasan
baik di dalam maupun di luar sekolah.
Tawuran yang dilakukan antar
pelajar atau mahasiswa tidak hanya merugikan diri mereka masing-masing, akan
tetapi dampak negatif dari perilaku tersebut juga akan berimbas terhadap
almamater sekolah mereka. Oleh karena itu membekali siswa dengan tindakan
preventif perlu lebih ditingkatkan supaya lebih menghindarkan kepada mereka
dari perbuatan yang tercela. Selain itu hubungan antar sekolah juga perlu
ditingkatkan agar terjalin hubungan dan silaturahim yang harmonis dan akrab.
Tentunya dengan menjalin hubungan silaturahmi juga harus dijaga agar tidak
berlebihan , karena biasanya penyebab tawuran antar sekolah dipicu karena
ucapan atau tindakan yang sedikit menyinggung perasaan.
Hubungan yang sudah tertanamkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan
antar Sekolah maupun Universitas akan memberikan kontribusi yang positif dalam
kehidupan sosial. Banyaknya kegiatan yang mempertemukan siswa antar sekolah akan
sedikit merangsang agar mereka selau bersemangat dan bersaing secara sportif.
Dalam hal tersebut dukungan pihak sekolah juga sangat dibutuhkan dala
terselenggarakanya beberapa kegiatan yang di dalamnya memberikan motivasi dan
keakraban hubungan emosional antar siswa, seperti kompetisi cerdas cermat,
kompetisi olahraga maupun outbond. Kegiatan demikian dinilai besar manfaatnya,
selain untuk pengembangan diri bagi pelajar, kegiatan itu juga akan mendekatkan
pelajar satu sama lainnya supaya saling mengenal dan ketika terdapat masalah
antas sekolah mudah terpecahkan tanpa
adanya kekerasan (Tawuran).
*) Penulis adalah seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan
Bahasa Inggris ’09 dan juga mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum LPM
DinamikA STAIN Salatiga periode 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar