Minggu, 21 Oktober 2012

Mengukir Prestasi itu Mudah, Jika Terus Berusaha



Alul, begitulah nama panggilan dalam kesehariannya. Seorang mahasiswa fakultas tarbiyah jurusan bahasa inggris STAIN Salatiga tersebut merupakan pemuda yang berprestasi di masa duduk di bangku sekolah. Sejak berada di bangku Sekolah Dasar (SD), pria yang bernama lengkap Amalul Umam tersebut selalu memperlihatkan prestasinya yang selalu menduduki peringkat tiga besar. Meski demikian, dirinya tidak pernah merasa besar kepala dan selalu belajar lebih giat untuk mempertahankan dan mengejar prestasinya yang lebih tinggi. Alhasil di masa kelas satu hinggal lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia selalu memperoleh juara kelas dan selalu mendapatkan beasiswa tanpa merogoh kocek receh lagi untuk membayar uang SPP. Sungguh prestasi yang menakjubkan bukan?
Pria kelahiran Cilacap, 24 Juni 1987 ini terlahir dari buah cinta pasangan Masruri dan Musripah (Alm). Sejak kecil, dia termasuk anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Prestasi dan kesantunannya dalam kesehariannya seakan memberikan kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tuanya. Namun apa di kata, ketika dia duduk di bangku SMP, sebulan sebelum dia menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) seseorang yang luar biasa di hatinya, yang amat dia sayangi, yang mengandung dan melahirkannya harus pergi meninggalkanya untuk selamanya memenuhi panggilan illahi robi.
Kepergian ibunya yang menjadi orang yang paling dia sayangi tidak menyurutkannya untuk terus berkarya dan meraih prestasi. Justru sebaliknya, dia bangkit penuh semangat dan di akhir pembelajaranya di tingkat SMP, dia mendapatkan predikat sebagai Siswa terbaik di sekolahnya. Sungguh luar biasa, dirinya yakin bahwa ibunya kini tersenyum dari surga akan prestasi anaknya yang di raih sungguh membanggakan. Setelah lulus dari SMP, dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. SMA N 1 Cipari menjadi pilihannya untuk terus menimba ilmu di tingkat Menengah Atas (SMA).
Keseharian di kegiatan belajarnya yang melelahkan, dia tak pernah lupa bahwa dia masih mempunyai seseorang yang harus dia hormati dan di sayangi. Yaitu Ayahnya, beliau salah satu pedagang tas dan sepatu di sebuah pasar dekat tempat tinggalnya. Seusai kegiatan belajarnya di sekolah dia selalu membantu ayahnya berjualan di Pasar. Usapan keringat rasa lelah dan letih tak pernah dia rasakan.
Di masa SMA-nya, anak keempat dari 11 saudara ini kembali memperlihatkan prestasinya yang gemilang. 3 tahun masa studinya, dia selalu mendapatkan peringkat 5 besar di kelasnya dan di akhir lulusannya juga mendapatkan predikat juara dua tingkat jurusan IPA. Dia juga pernah mendapatkan peringkat delapan besar saat dikirim mewakili sekolahnya dalam lomba pidato bahasa inggris tingkat se-karisidenan Cilacap.
Dengan statusnya yang menyandang piatu dan jumlah anggota dalam keluarganya yang terlalu banyak, membuatnya berpikir bahwa ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Namun takdir berkata lain, Pamannya yang tinggal di Prampelan, Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Salatiga yang merupakan pengusaha warung makan, menawarinya untuk bekerja di tempatnya. Dengan imbalan seluruh kebutuhan dan biaya perkuliahannya akan di tanggung oleh pamanya. Kesempatan tersebut tidak membuatnya berpikir dua kali. “Ini adalah kesempatan emas yang tidak akan datang dua kali dan ini adalah impianku tuk bisa merasakan dunia perkuliahan”, Ujarnya.
Dengan bermdalkan motto-nya “Jangan mengecewakan orang-orang disekitarmu yang menunggu keberhasilanmu”, dia memilih Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga sebagai pilihanya untuk menimba ilmu. Sesuai dengan bakatnya, dia terjun ke bidang bahasa asing yaitu bahasa inggris.
Terbukti, selama studinya sebagai seorang mahasiswa bahasa inggris, dia memperlihatkan kecapakannya dalam berbicara bahasa inggris. Dalam lembaran-lembaran Hasil Studi Semesternya pun juga tidak dapat dipungkiri yang selalu mendapatkan IP rata-rata di atas 3,5. “Hasil yang memuaskan dan begitu membanggakan”, tutur pemuda yang mempunyai hobi menonton film Hollywood tersebut.
Pria bertubuh tinggi ini juga tak pernah membayangkan bahwa dirinya pergi menimba ilmu di Negara bagian barat sana. Di pertengahan kulianhnya, tepatnya semester 6 dia mencoba memberanikan diri untuk mendaftarkan dirinya mengikuti program kursus bahasa inggris dari IELSP (Indonesia English Language Study Program) selama 8 minggu di Ohio University.
Di usianya yang seumuran pemuda-pemuda lain yang di masanya senang berfoya-foya, berbangga dengan harta orang tua, dia harus membanting tulangnya dan bekerja keras untuk memeras keringat demi kulianhnya. Di saat orang lain tertidur lelap di malam hari, ia bangun menemui kekasihnya, bermunajat memanjatkan doa untuk kesuksesan dan kebahagiaannya di dunia dan di akherat kelak.
Itulah dia Amalul Umam, meski banya prestasi yang diukir tak membuatnya untuk berbesar diri. Amalul umam yang sekarang sama dengan yang dulu, berbakti kepada orang tua, sederhana, ramah dan selalu membantu teman. (Pe-Pe@)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar