Alul, begitulah
nama panggilan dalam kesehariannya. Seorang mahasiswa fakultas tarbiyah jurusan
bahasa inggris STAIN Salatiga tersebut merupakan pemuda yang berprestasi di
masa duduk di bangku sekolah. Sejak berada di bangku Sekolah Dasar (SD), pria
yang bernama lengkap Amalul Umam tersebut selalu memperlihatkan prestasinya
yang selalu menduduki peringkat tiga besar. Meski demikian, dirinya tidak
pernah merasa besar kepala dan selalu belajar lebih giat untuk mempertahankan
dan mengejar prestasinya yang lebih tinggi. Alhasil di masa kelas satu hinggal
lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP), dia selalu memperoleh juara kelas dan
selalu mendapatkan beasiswa tanpa merogoh kocek receh lagi untuk membayar uang
SPP. Sungguh prestasi yang menakjubkan bukan?
Pria kelahiran
Cilacap, 24 Juni 1987 ini terlahir dari buah cinta pasangan Masruri dan
Musripah (Alm). Sejak kecil, dia termasuk anak yang berbakti kepada kedua orang
tuanya. Prestasi dan kesantunannya dalam kesehariannya seakan memberikan
kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tuanya. Namun apa di kata, ketika dia
duduk di bangku SMP, sebulan sebelum dia menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN) seseorang
yang luar biasa di hatinya, yang amat dia sayangi, yang mengandung dan
melahirkannya harus pergi meninggalkanya untuk selamanya memenuhi panggilan
illahi robi.
Kepergian
ibunya yang menjadi orang yang paling dia sayangi tidak menyurutkannya untuk
terus berkarya dan meraih prestasi. Justru sebaliknya, dia bangkit penuh
semangat dan di akhir pembelajaranya di tingkat SMP, dia mendapatkan predikat
sebagai Siswa terbaik di sekolahnya. Sungguh luar biasa, dirinya yakin bahwa
ibunya kini tersenyum dari surga akan prestasi anaknya yang di raih sungguh
membanggakan. Setelah lulus dari SMP, dia melanjutkan pendidikannya ke jenjang
yang lebih tinggi. SMA N 1 Cipari menjadi pilihannya untuk terus menimba ilmu
di tingkat Menengah Atas (SMA).
Keseharian di
kegiatan belajarnya yang melelahkan, dia tak pernah lupa bahwa dia masih mempunyai
seseorang yang harus dia hormati dan di sayangi. Yaitu Ayahnya, beliau salah
satu pedagang tas dan sepatu di sebuah pasar dekat tempat tinggalnya. Seusai
kegiatan belajarnya di sekolah dia selalu membantu ayahnya berjualan di Pasar.
Usapan keringat rasa lelah dan letih tak pernah dia rasakan.
Di masa
SMA-nya, anak keempat dari 11 saudara ini kembali memperlihatkan prestasinya
yang gemilang. 3 tahun masa studinya, dia selalu mendapatkan peringkat 5 besar
di kelasnya dan di akhir lulusannya juga mendapatkan predikat juara dua tingkat
jurusan IPA. Dia juga pernah mendapatkan peringkat delapan besar saat dikirim
mewakili sekolahnya dalam lomba pidato bahasa inggris tingkat se-karisidenan
Cilacap.
Dengan
statusnya yang menyandang piatu dan jumlah anggota dalam keluarganya yang
terlalu banyak, membuatnya berpikir bahwa ia tidak bisa melanjutkan
pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Namun takdir berkata lain, Pamannya yang
tinggal di Prampelan, Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Salatiga yang merupakan
pengusaha warung makan, menawarinya untuk bekerja di tempatnya. Dengan imbalan
seluruh kebutuhan dan biaya perkuliahannya akan di tanggung oleh pamanya.
Kesempatan tersebut tidak membuatnya berpikir dua kali. “Ini adalah kesempatan
emas yang tidak akan datang dua kali dan ini adalah impianku tuk bisa merasakan
dunia perkuliahan”, Ujarnya.
Dengan
bermdalkan motto-nya “Jangan mengecewakan orang-orang disekitarmu yang menunggu
keberhasilanmu”, dia memilih Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
sebagai pilihanya untuk menimba ilmu. Sesuai dengan bakatnya, dia terjun ke
bidang bahasa asing yaitu bahasa inggris.
Terbukti,
selama studinya sebagai seorang mahasiswa bahasa inggris, dia memperlihatkan
kecapakannya dalam berbicara bahasa inggris. Dalam lembaran-lembaran Hasil
Studi Semesternya pun juga tidak dapat dipungkiri yang selalu mendapatkan IP
rata-rata di atas 3,5. “Hasil yang memuaskan dan begitu membanggakan”, tutur
pemuda yang mempunyai hobi menonton film Hollywood tersebut.
Pria bertubuh
tinggi ini juga tak pernah membayangkan bahwa dirinya pergi menimba ilmu di
Negara bagian barat sana. Di pertengahan kulianhnya, tepatnya semester 6 dia
mencoba memberanikan diri untuk mendaftarkan dirinya mengikuti program kursus
bahasa inggris dari IELSP (Indonesia English Language Study Program)
selama 8 minggu di Ohio University.
Di usianya yang
seumuran pemuda-pemuda lain yang di masanya senang berfoya-foya, berbangga
dengan harta orang tua, dia harus membanting tulangnya dan bekerja keras untuk
memeras keringat demi kulianhnya. Di saat orang lain tertidur lelap di malam
hari, ia bangun menemui kekasihnya, bermunajat memanjatkan doa untuk kesuksesan
dan kebahagiaannya di dunia dan di akherat kelak.
Itulah dia
Amalul Umam, meski banya prestasi yang diukir tak membuatnya untuk berbesar
diri. Amalul umam yang sekarang sama dengan yang dulu, berbakti kepada orang
tua, sederhana, ramah dan selalu membantu teman. (Pe-Pe@)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar